Sabtu, 30 Juli 2011

BELAJAR DARI PUASANYA ORANG ORANG SHOLIH

Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan bagi setiap umat muslim adalah merupakan kensekuensi logis dari tuntutan agamanya. Termasuk juga mengisi amal ibadah yang baik dan bermanfaat. Dalam melaksanakan puasa, orang yang satu dengan orang yang lainnya pasti mengalami perbedaan, baik kualitas maupun nilainya. Ini tergantung ilmu tentang puasa, amal atau prektik puasa, dan iman serta taqwanya kepada Allah SWT.
Imam Ghozali menelompokkan puasa seorang itu ada tiga macam, yakni puasanya orang awwam(biasa), puasanya orang-orang khusus(khas), dan puasanya orang-orang yang lebih khusus lagi. Ketiganya memiliki kompetisi yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.
Wujud puasa yang masuk pda kelompok pertama pada umumnya dilakukan oleh kebanyakan manusia biasa (awwam) yang kompetisiya masih dalam taraf standar. Motivasi pelaksanaan merekapun masih dengan berpodoman pada Tashdiq(pengakuan kebenaran) umum dan burhan(alasan dalil) ansich(tersendiri terlepas segala hubungannya dengan sesuatu yang lain). Biasanya yang menjadi indikator puasa mereka berstandar pada kompetisi yang murah dan ringan, misalnya berpuasa dengan cukup memahami syarat dan rukunnya, serta meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dariterbit fajar sampai terbenamnya matahari. Pengalaman puasa yang demikian tidak lebih masih sebagai latihan saja, meski sudah membantu perbaikan sikap dan periklakuna dalam kehidupan sehari-hari. Peran mengekangan hawa nafsu dalam puasanya tingkatan ini masih benar-benar standar. Prinsipnya adalah dzahirnya berpuasa, tetapi anggota tubuhnya masih belum banyak mengikuti puasa. Masalah pahala bagi kelompok ini masih sebatas pada pemikiran urusan nanti terserah kepada Yang Maha Bijaksana. Oleh karena itu, pasti ada pada mereka adalah “yang penting puasa dan menjalani kewajiban.”
Kelompok kedua, puasanya orang-orang khusus (Khas). Puasa kelompok ini lebih tinggi dan lebih berkualitas. Menurut Imam Ghazali, disamping ,odal iman dan taqwanya, berbagai kopetensi yang berkaitan dengan kekhasannya dalam tingkatan ini terwujud melalui indikator mampu berpuasa dan memuaskan dirinya lahir maupun bathin. Artinya mereka tidak hanya melakukan puasa standar seperti kelompok pertama, tetapi mereka juga berusah mengendalikan anggota tubuh dan panca inderanya agar tidak melibatkan atau lengah terseret kepada aktivitas yang mendorong dan berpotensi untuk membatlkan puasa.Sebagai contoh Mata: digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah, serta mengungkapkan perasaan yang terkandung dalam hati manusia. Sebab, mata ternyata dapar mengarahkan pikiran yang buruk. Begitu pandai dan lincahnya mata, sampai-sampai Rasulullah SAW, menyatakan bahwa mata itu bak dari satu anak panah dari anak panah iblis. Artinya sekali mata memandang sesuatu yang tidak baik, maka pandangan mata itu sebenarnya telah menghasilkan dan memunculkan bermacam-macam tipu muslihat.
Pemahaman ilmu berpuasa pada level ini menjadikan bekal yang membawa kualitas kesempurnaan pelaksanaan puasanya. Mereka tidak saja termotivasi oleh kewajiban yang dibebankan dan terinspirasi oleh pahala amal ibadah yang hanay dalam kisaran 10-1000 kali lipat tetapi lebih jauh dari hal tersebut, dengan iman yang tulus semata-mata karena mengharap ridhlo Allah. Sebagaimana dalam hadist Qudsi dalam firman Allah, “puasa itu bagiKu, dan kaulah yang berhak membalas dengannya”
Meski demikian, bagi kita yang sudah mempuyai persyaratan standar jika mau mencontoh mereka ada kemungkinan untuk mampu seperti mereka. Caranya adalah:
• Setting Niat dan upgrade iman agar dapat berpuasa secara lahir dan bathin dengansungguh-sungguh ikhlas karena Allah semata.
• Delete dosa-dosa yang telah dilakukan, dan usahakan untuk menjauhi/meninggalkan berbagai hal yang menjerumuskan untuk berbuat dosa dengan bimbingan dan taqwa.
• Rename kegiatan yang tidak bermanfaat menjadi kegiatan yang hasanah dalam tiap kesempatan.
• Hunting pahala sebanyak-banyaknya.
• Download kesabaran terhadap berbagai tipu daya kehidupan yang berhubungan dengan anggota indera dan seluruh tubuh kita.
Dengan berbagai upaya yang dilakakukan itu InsyaAllah sedikit demi sedikit kita berhasil mengikuti jalannya orang puasa orang-orang kelompok kedua. Tentu untuk seperti tahap tersebut sangat panjang dan penuh tantangan. Namun demikian, niat dan usaha seseorang yang bersungguh-sungguh menjadi mungkin orang tersebut masuk dalam kelompok ini.
Kelompok Ketiga yakni puasanya orang-orang yang sangat khusus. Puasanya orang-orang yang masuk pada kategori ini kompetisinya lebih berat lagi. Mereka berpuasa tidak saja melaksanakan syarat dan rukun sebagaimana puasanya orang kelompok pertama dan kedua. Akan tetapi puasanya pada golongan ini ditambahkan dengan kompetisi pengendalian hati, perasaan dan pikiran yang merupakan tempat bersarangnya penyakit mental. Orang-orang yang dapat melakuakan puasa seperti ini adalah para Nabi danorang-orang pilihan Allah yang ilmunya sempurna dan imannya sagat kuat di atas kelompok pertama dan kedua.
Namun demikian, siapapun orangnya yang memiliki kemampuan dan berniat ingin melatih diri dalam pengendalian hati, perasaan dan pikiran terhadap berbagai penyakit yang ditimbulkannya, maka dapat berangsur-angsur memasuki wilayah puasanya orang-orang yang sangat khusus ini. Kalaupun toh masih belum sempurna, setidaknya usaha tersebut dapat membantu meningkatkan iman dan taqwa kepada Alllah SWT. Seberapa besar mutu ibadah mereka, ditegaskan Allah dalam Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 284
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada dilangit dan apa yang bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu”.


Posted on 02.00 / 0 komentar / Read More

Jumat, 29 Juli 2011

Kultum @ Masjid AL-HIKMAH UM

assalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh
alkhamdulillahirobbil a'lamin wassolatuwassalamu asrofil anbiyai warmursalin sayyidina wa maulaana mukhammadin ajma'in, 'amma ba'du....
puji syukur kehadirat ALLAH yang telah melimpahkan rahmat kesehatan dan nikmat umur kepada kita semua sehinnga kita masih bisa menghirup segarnya udara dan melaksanakan kewajiban sholat secara jamaah di masjid AL HIKMAH UM ,
sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepa Nabi Mukhammad SAW yang telah membimbing kita dari jaman kehinaan menuju jaman yang gemilang yakni dengan AJARAN Agama ISLAM,

Teman sekalian,
Coba dibayangkan, seandainya anda adalah seorang pelari nasional yang akan diutus oleh KONI untuk mengikuti lomba lari marathon dunia di Ontario, Kanada. Event tahunan ini merupakan ajang pelari menunjukkan kebolehannya dengan hadiah yang luar biasa. Untuk menghadapi lomba ini, anda akan mempersiapkan fisik dan mental jauh hari sebelum lomba.
Diantara latihan fisik yang anda lakukan adalah lari dalam jarak tertentu seperti 5, 10, 20 atau 25 km. Bahkan anda perlu mencoba lari sampai sekitar 40 km, untuk menyamai jarak yang akan dilombakan. Bisa dibayangkan kalau anda tidak melakukan latihan sampai 40 km, bisa-bisa ketika hari lomba tidak sampai finish. Hal ini menunjukkan bahwa latihan harus diusakan sesuai dengan yang akan dilombakan.
Untuk kesiapan mental terhadap cuaca di Ontario dan penduduk sekitarnya, maka anda tentunya akan tinggal di kota tersebut beberapa minggu sebelum lomba. Anda harus menyesuaikan suhu yang lebih dingin di kota tersebut. Diharapkan pada saat lomba nantinya, tubuh kita sudah siap dan tidak bakal kedinginan atau sakit perut yang bisa menyebabkan kegagalan anda.
Perumpamaan diatas mirip dengan persiapan kita ketika menghadapi bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Ramadhan yang lamanya 29 atau 30 hari membutuhkan stamina dan kesiapan yang matang. Betapa banyak kita lihat shof sholat tarawih yang penuh pada minggu pertama akan menyusut pada minggu-minggu berikutnya. Dan tidak heran kalau nanti pada minggu terakhir, beberapa warung semakin dikunjungi orang yang tidak kuat menahan haus dan lapar. Atau ada orang yang terkena gangguan kesehatan atau flu ditengah atau akhir Ramadhan, hal ini berarti fisiknya belum siap.
Untuk menghadapi Ramadhan, Rasulullah SAW sering melakukan puasa sunnat di bulan Rajab dan Sya’ban. Hal ini seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatnya al-Nasa’i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): Usamah berkata pada Nabi saw, ‘Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.’
Ibadah lain yang kita perlu persiapkan adalah qiyamu lail atau sholat malam. Dalam bulan Ramadhan, peluang untuk melakukan sholat tahajjud akan besar karena kita akan bangun untuk melakukan sahur. Gunakan waktu sebelum sahur untuk memohon maghfiroh dan keperluan kita kepada Allah SWT.
Bacaan atau tilawah Al Quran juga harus diperbanyak karena bulan Ramadhan adalah bulan turunnya Al Quran dan dimana pahala akan dilipatgandakan. Akan merugilah kita bila waktu yang tersedia dalam bulan tersebut disia-siakan tidak untuk berdzikir atau membaca Al Quran.
Jangan lupa, kita juga perlu membuat suasana ceria dalam keluarga kita dalam menyambut bulan penuh rahmah ini. Bersih dan rapikan rumah. Buatlah hiasan dirumah agar terasa suasana Ramadhan. Buat rencana untuk beribadah bersama keluarga seperti sholat berjamaah, buka puasa dan tadarus bersama.

sekian dari daya kurang lebihnya mohon maaf,
kebenaran datangnya dari ALLAH , kesalahan datangnya dari kebodohan saya dan kedangkalan ilmu saya

wabillahitaufiq wal hidayah
wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh...

Posted on 08.05 / 0 komentar / Read More
@pausestart. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright © 2011. Pause Start Blog . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates